Selasa, 16 Maret 2010

Mentega vs Margarin

hasil kerjaku ndek sekolahku yang sekarang. kadang terkesan asal-asalan emang. . . . .tapi semoga saja ini bisa ngebantu kauand-kauand yang punya keingintahuan yang mungkin rasa ingin tau itu lebih besar dari yang che punya. . .
hohohohohoho. . . .


-che yang lagi umek ae-



MENTEGA vs MARGARIN

Ringkasan

Mentega dan margarine adalah dua bahan makanan yang berbeda. Margarin yang berasal dari lemak nabati dan mentega yang berasal dari lemak hewani. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama terbuat dari lemak. Margarin dianggap lebih sehat dari mentega karena berasal dari lemak nabati. Tapi keduanya bisa menyebabkan gangguan jantung. Menurut dr. Endang Darmautomo, dokter spesialis gizi dan makanan Rumah Sakit Siloam Gleneagles, mentega dan margarine tidak baik bagi kesehatan karena menurunkan 5% kalori yang kita makan dan hal ini bisa mengakibatkan terkena penyakit jantung. Pendapat lain mengatakan bahwa minyak dan lemak mempunyai zat gizi yang penting untuk menjaga kesehatan manusia. Sebenarnya apa saja yang menjadi kelebihan mentega dan margarine serta kelemahan dari keduanya??

Pembukaan

Kemajuan jaman juga ikut memajukan pola pikir dan menciptakan lifestyle (gaya hidup) yang baru yang cenderung tidak memperhatikan kesehatan. Fastfood, softdrink, dan lainnya menjadi sangat digemari. Hingga muncullah penyakir degeneratif seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan lain-lain. Akhirnya masyarakat mulai berpikir untuk hidup sehat dengan melakukan diet, menghindari makanan berlemak, termasuk mentega dan margarine yang mengandung lemak trans yang diduga menjadi penyebab utama obesitas dan jantung koroner. Padahal dalam mentega dan margarine juga terdapat zat gizi seperti vitamin A dan D, zat besi, fosfor, natrium, kalium, serta omega 3 dan omega 6. Masyarakat pun cenderung lebih memilih mentega karena dianggap lebih sehat. Bahkan mungkin ada yang tidak tau perbedaan dari keduanya. Mentega ya margarine, margarine ya mentega.

Pembahasan

Sepintas lalu memang margarine dan mentega terlihat sama, namun sebenarnya tidak. Mentega dan margarin keduanya jelas tidak sama, kalau kita perhatikan dengan seksama mentega dan margarin masing-masing memiliki aroma yang khas dan berbeda, begitu juga dengan tekstur, warna, dan rasa. Hanya kadangkala dalam penyebutan dan penggunaan orang kerapkali menyamakan.

Mentega merupakan produk industri susu karena bahan utama pembuatannya berasal dari lemak hewani atau susu (80-82 %) dan ditambah dengan bahan pendukung lainnya seperti air, garam dan padatan susu (curd). Selain itu mentega diperkaya dengan vitamin A, D, E dan K yang tidak larut dalam air.

Mentega mampu memberikan rasa kenyang yang lebih lama dan lebih memberikan rasa gurih serta aroma yang lebih tajam pada masakan, karena itu dapat dimengerti kalau harga mentega jauh lebih mahal daripada margarin.

Sedangkan margarin terbuat dari minyak atau lemak nabati, dan bahan tambahan seperti susu bubuk skim atau lemak hewani, air, garam, esens, pewarna dan zat anti tengik. Umumnya margarin memiliki kandungan lemak yang sedikit tetapi kandungan airnya sangat banyak.

Menurut Endang Darmautomo, dokter spesialis gizi dan makanan Rumah Sakit Siloam Gleneagles, “Mentega dan margarin tidak baik bagi kesehatan. Karena menurunkan 5% kalori yang kita makan. Dan hal ini mengakibatkan terkena penyakit jantung.”

Sebenarnya mantega dan margarin merupakan zat makanan yang baik bagi tubuh. Karena berasal dari minyak tumbuhan. Tetapi cara pembuatan menjadi mentega yang kurang tepat. Dari minyak tumbuhan yang mengandung lemak berbentuk cair (liquid) menjadi berbentuk padat (solid). “Karena padat, lemak menjadi kaku,” katanya.

Jika kita mengkonsumsi mentega atau margarin dalam berbagai bentuk, akan diedarkan melalui sel tubuh. Namun jika lemak yang kaku tersebut melewati sel tubuh hal itu sangat sulit dilakukan. “Lemak dan protein yang kaku akan mengganggu fungsi sel tubuh. Dan hal ini mengakibatkan sel tubuh pun rusak,” katanya.

Selain biskuit, beberapa makanan yang lain juga dapat menstimulir tubuh terserang penyakit jantung. Seperti telur yang digoreng dengan menggunakan mentega, roti tawar yang dilapisi mentega, makanan dengan menggunakan mentega yang dipanaskan, dan kue.

Belakangan ini sering muncul di televisi mengenai margarin yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Hal inipun harus dikaji, agar konsumen tidak dirugikan. Sebab hasil penelitian terakhir menunjukkan di dalam margarin terkandung apa yang disebut sebagai 'asam lemak trans’. Asam lemak trans justru meningkatkan kadar kolesterol darah, dan selanjutnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit arterosklerosis dan jantung koroner.

Proses pembuatan margarin pertama kali ditemukan Mege Mouries di Perancis sekitar tahun 1870 dalam suatu sayembara yang diadakan Napoleon III. Dari sejarahnya, margarin diproduksi sebagai bahan pengganti mentega (butter) yang dibuat dari lemak susu (sapi), yang harganya relatif mahal. Lalu margarin diproduksi, juga sebagai pengganti mentega, agar konsumen terhindar dari konsumsi kolesterol yang banyak dikandung mentega.

Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water in oil emulsion – W/O), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis. Minyak yang digunakan dalam pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewan seperti babi (lard) atau sapi, dan lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak sawit, kedelai, jagung, biji bunga matahari, dan lain-lain.

Bahan dasar yang sifatnya telah padat seperti lemak babi, sapi, atau fraksi padat dari minyak sawit dapat langsung diproses menjadi margarin. Tetapi dari minyak yang masih cair, harus dilakukan proses perubahan menjadi padat. Proses itu disebut hidrogenasi, yaitu penambahan molekul hidrogen ke dalam rantai asam lemak. Proses ini dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi (sekitar 205 derajat C) dengan cara mengalirkan gas hidrogen ke dalam minyak, dengan bantuan katalisator berupa platina atau nikel.

Ada dua jenis margarin yang diproduksi, yaitu margarin untuk campuran dalam pembuatan kue-kue serta margarin meja. Margarin untuk kue biasanya mengandung kadar lemak hidrogenasi tinggi sehingga bentuknya lebih padat, sedangkan margarin meja bentuknya lebih lembek agar mudah dioleskan.

Margarin meja yang dibuat dari minyak kacang kedelai, jagung, biji bunga matahari, dan biji kapas mengandung asam lemak tidak jenuh (PUFA) lebih tinggi daripada mentega serta margarin yang dibuat dari lemakl babi/sapi atau minyak sawit padat.

Mentega ialah produk makanan susu, dibuat dengan mengaduk krim yang didapat dari susu. Mentega umumnya mempunyai warna kuning pucat, tetapi boleh berubah antara kuning tua hingga hampir putih. Warna mentega bergantung pada makanan hewan dan lazimnya dimanipulasi dengan pewarna makanan.

Umumnya lemak/minyak alami hanya mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal dalam bentuk ‘cis’, dimana kedua atom karbon diantara ikatan rangkap terletak pada posisi yang sama. Tetapi beberapa jenis lemak/minyak juga mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal dalam bentuk ‘trans’, dimana kedua atom karbon diantara ikatan rangkap terletak pada sisi yang berlawanan (asam lemak trans).

Asam lemak trans ditemukan dalam jumlah sedikit dalam lemak ruminansia. Lemak susu, misalnya, mengandung 4-8 gram per 100 gram. Jumlah yang lebih banyak ditemukan pada beberapa jenis margarin, produk-produk yang dibuat dari bahan dasar margarin, shortening (mentega putih), dan beberapa jenis minyak goreng yang mengalami proses hidrogenasi.

Asam lemak trans dapat terbentuk bila minyak nabati atau minyak ikan yang kaya asam lemak tidak jenuh (PUFA) diproses agar menjadi berbentuk padat, dengan cara hidrogenasi seperti yang telah diterangkan itu. Umumnya asam lemak trans itu adalah asam elaidat dan isomernya (mengandung 18 atom karbon dengan satu ikatan rangkap), yang terbentuk dari asam oleat.

belum lama ini Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika Serikat (US-FDA) dan British Nutrition Foundation (BNF) mempersoalkan kembali soal lemak trans. Berbagai hasil studi menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi lemak trans dengan peningkatan kolesterol darah.

Lemak trans diduga menjadi penyebab utama obesitas dan jantung koroner, yang kini banyak diderita oleh golongan usia muda, antara 30-40 tahun. Karena efek negatif yang merugikan bagi kesehatan itulah US-FDA mengharuskan produsen ma-kanan di sana mencantumkan label lemak trans dalam produk pangannya.

Setiap produk pangan pasti memiliki kandungan lemak. Selain lemak dari bahan bakunya sendiri (misal olahan daging) juga dari ingredient lain, seperti minyak ataupun lemak semipadat (margarin) yang digunakan untuk menggoreng. Lemak yang dikandung minyak/margarin merupakan trigliserida yang tersusun atas lemak jenuh (saturated fat) dan tak jenuh. Lemak trans lebih sering dijumpai dalam margarin.

Lemak trans merupakan minyak yang diolah melalui proses hidrogenasi parsial (yakni dengan menambahkan hidrogen ke dalamnya). Pengolahan ini dilakukan untuk meningkatkan stabilitas oksidatif agar tak mudah mengalami proses oksidasi. Sebetulnya proses hidrogenasi parsial dilakukan industri pangan untuk membuat margarin. Secara natural, lemak trans juga terbentuk dalam rumen/lambung ternak besar seperti sapi. Jadi, produk-produk seperti mentega atau susu mengandung lemak trans dalam jumlah 2-5%.

Minyak-minyak yang berasal dari negara subtropis seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, dan minyak zaitun memiliki kandungan lemak jenuh yang sedikit. Sementara kandungan lemak tak jenuhnya tinggi dan berada dalam konfigurasi cis. Artinya, susunan kimianya sejajar jadi tidak berbahaya bagi kesehatan. Nah, pada proses hidrogenasi ikatan rangkap minyak tadi mengalami isomerisasi dari konfigurasi cis menjadi trans. Ini membuat susunan kimiawinya yang sejajar menjadi berseberangan dan berbahaya bagi kesehatan.

Salah satu minyak yang mengandung lemak trans adalah beberapa produk margarin (yang terbuat dari minyak kedelai). Sementara margarin made in Indonesia yang terbuat dari minyak sawit konon tidak melalui proses hidrogenasi parsial namun proses emulsi dari hasil blending (campuran) minyak sehingga diperoleh konsistensi seperti yang diinginkan dan tidak memunculkan lemak trans.

Di Indonesia, orang dapat menemukan lemak trans di pasaran dalam bentuk mentega putih atau yang biasa disebut shortening. Jenis produknya ini bervariasi dari tekstur yang sangat lunak sampai yang sangat keras. Mentega putih biasanya digunakan oleh industri pangan, terutama pada pembuatan biskuit. Variasi dalam ingridientnya antara lain shortening, coco butter alternatif dan lain-lain.

Keistimewaan lemak trans adalah bisa membuat makanan bertekstur enak di mulut atau mudah leleh, terasa krispi atau renyah, serta rasa dan aromanya gurih dan sedap. Anak-anak umumnya menyukai camilan ini.

Masyarakat tidak pernah tahu apakah suatu makanan kemasan mengandung lemak trans atau tidak. Karena ciri lemak trans pada kandungan bahan pangan yang dikonsumsi tidak bisa terdeteksi dengan indra. Kita hanya dapat mengenali lewat nama-nama samaran dalam komposisi ingredient seperti partially hydrogenated vegetables oil (minyak sayur yang dihidrogenasi), shortening, dan lemak terhidrogenasi.

Selama tidak ada peraturan tentang kewajiban mencantumkan komposisi lemak trans maka kita tidak akan mengetahuinya. Oleh sebab itu perlu ada ketegasan peraturan dari pemerintah tentang perlunya label gizi yang menunjukkan ada tidaknya kandungan lemak trans dalam produk kemasan makanan

Lemak trans dianggap lebih berbahaya daripada lemak jenuh sebab dicurigai berperan cukup penting dalam meningkatkan kolesterol darah secara progresif. Studi-studi tahun 1980-an menunjukkan orang Skandinavia yang banyak mengonsumsi lemak jenuh tinggi ternyata memiliki insiden penyakit jantung koroner yang lebih rendah dibandingkan orang-orang Amerika yang meski mengonsumsi lemak jenuh lebih rendah, namun tingkat konsumsi lemak trans-nya tinggi.

Data dari Institute of Shortening and Edible Oils (ISEO) menyebutkan konsumsi lemak trans yang tinggi akan meningkatkan kolesterol LDL (jahat) dan menurunkan kolesterol HDL (baik), tetapi asal konsumsinya tidak berlebihan maka tidak menimbulkan efek kesehatan yang negatif. ISEO menganggap kekhawatiran terhadap lemak trans rasanya terlalu berlebihan, apalagi melihat kenyataan bahwa konsumsi lemak trans hanya memberikan kontribusi 2-4% dari total konsumsi lemak. Bandingkan dengan kontribusi lemak jenuh yang mencapai 12-14%.

Namun perlu diketahui konsumsi harian lemak trans 1-3% sudah bisa memunculkan serangan jantung bagi dewasa. Apalagi buat anak-anak. Jadi, perlu diperhitungkan dan dilihat berapa besar ingredient lemak trans yang dicantumkan dalam suatu produk pangan.

Fakta lain, lemak trans mengganggu konversi asam lemak esensial linoleat menjadi arakidonat dalam sintesa lemak tubuh. Secara keseluruhan, hal ini akan mengganggu sistem reaksi enzimatik dalam metabolisme lemak. Terganggunya sistem enzimatik akan berpengaruh juga dalam perkembangan sistem saraf. Sebab, sel saraf sangat membutuhkan jenis asam lemak esensial ini. Oleh karena itu kandungan lemak trans dalam produk pangan perlu dipertimbangkan sebagai bagian dari informasi yang harus disampaikan kepada masyarakat melalui label kemasan.

Dr. Vergrossen dalam dua penelitiannya (1972, 1975) menemukan, asam oleat (cis) dapat menurunkan kadar kolesterol serum, sedangkan elaidat (trans) sebaliknya, justru meningkatkan kadar kolesterol serum darah.

Penelitian lebih lanjut yang dilakukan Dr. Grundy (1990) membuktikan, asam lemak tidak jenuh tunggal dalam bentuk trans tidak hanya meningkatkan kadar kolesterol LDL, tetapi juga menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Seperti diketahui, kolesterol LDL seringkali disebut ‘kolesterol jahat’, karena dapat menyebabkan timbulnya penyakit arterosklerosis, sedangkan HDL sebaliknya, dan seringkali disebut sebagai ‘kolesterol baik’.

Meskipun margarin (meja) mengandung asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, tetapi bila juga mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal dalam bentuk trans yang dapat meningkatkan kadar kolesterol (bahkan meningkatkan kadar kolesterol jahat).

Karena itu sebagian dari kita menghindari mentega dan margarin karena takut pada kandungan lemaknya. Padahal, banyak zat gizi lain yang terdapat pada bahan makanan itu. Selain vitamin A dan D, juga terdapat zat besi, fosfor, natrium, kalium serta omega-3 dan omega-6.

Lemak dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4, dan 4 kkal.

Mentega dan margarin tergolong lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked). Keduanya memiliki fungsi sama, yaitu sebagai sumber energi, meningkatkan daya terima makanan, membentuk struktur, serta memberikan cita rasa enak.

Namun, ada perbedaan mendasar pada kedua produk tersebut. Mentega merupakan produk alami susu. Pembuatannya dengan mengocok dan mengguncangkan krim susu, hingga tercapai keadaan semipadat.

Margarin umumnya dibuat dari minyak nabati. Kedua jenis bahan pangan ini merupakan emulsi dengan tipe yang sama, yaitu fase air yang berada dalam fase minyak (water in oil).

Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur karena memiliki berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga agar butiran minyak tetap tersuspensi di dalam air, pada mentega dan margarin diperlukan suatu zat pengemulsi (emulsifier). Bahan yang dapat berperan sebagai pengemulsi antara lain kuning telur, kasein, albumin, atau lesitin. Daya kerja emulsifier didukung oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat pada minyak maupun air.

Pada pembuatan mentega dan margarin, penambahan emulsifier berfungsi untuk (1) mengurangi daya percik produk apabila digunakan untuk menggoreng karena air yang ada di dalam produk diikat oleh lemak, (2) memperpanjang daya simpan, sebab produk dinyatakan rusak apabila terjadi pemisahan komponen lemak dan air, (3) memperkeras tekstur agar tidak meleleh pada suhu kamar, dan (4) mempertinggi titik didih untuk memenuhi tujuan penggorengan.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3744-1995), mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta minimal mengandung 80 persen lemak susu.

Selain garam dapur, ke dalam mentega juga ditambahkan vitamin, zat pewarna, dan bahan pengawet (misalnya sodium benzoat). Emulsi pada mentega merupakan campuran 18 persen air yang terdispersi pada 80 persen lemak, dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi.

Mentega dapat dibuat dari lemak susu (terutama lemak susu sapi) yang manis (sweet cream) atau asam. Mentega dari lemak susu yang asam mempunyai cita rasa lebih kuat.

Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan atau melalui penambahan inokulum murni bakteri asam laktat (proses fermentasi). Mula-mula lemak susu dinetralkan dengan garam karbonat, kemudian dipasteurisasi dan diinokulasi dengan bakteri yang dapat menghasilkan asam laktat selama proses fermentasi.

Bila perlu, ditambahkan zat pewarna ke dalam lemak susu, umumnya berupa karoten, yaitu zat pewarna alamiah yang merupakan sumber vitamin A.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3541-1994), margarin adalah produk makanan berbentuk emulsi padat atau semipadat yang dibuat dari lemak nabati dan air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan.

Margarin dibedakan atas margarin dapur dan margarin meja. Pada margarin dapur tidak dipersyaratkan adanya penambahan vitamin A dan D Margarin merupakan produk makanan berbentuk emulsi campuran air di dalam minyak, yaitu sekitar 16 persen air di dalam minimal 80 persen minyak atau lemak nabati. Fase lemak umumnya terdiri dari minyak nabati, yang sebagian telah dipadatkan agar diperoleh sifat plastis yang diinginkan pada produk akhir.

Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Minyak nabati yang umum digunakan dalam pembuatan margarin adalah minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak biji kapas, minyak kedelai, minyak wijen, minyak kapuk, minyak jagung, dan minyak gandum.

Agar dapat diolah menjadi margarin, minyak nabati berbentuk cair tersebut dikristalisasi terlebih dahulu menjadi lemak padat melalui proses hidrogenasi (penjenuhan asam lemak). Komponen lain yang sering ditambahkan adalah air, garam flavor mentega, zat pengemulsi (berbentuk lesitin, gliserin, atau kuning telur), zat pewarna (minyak sawit merah atau betakaroten sintetik), bahan pengawet (sodium benzoat, asam benzoat atau potassium sorbat), serta vitamin A dan D.

Ciri-ciri margarin yang menonjol adalah bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan, serta segera dapat mencair di dalam mulut.

Komposisi gizi margarin hampir sama dengan mentega, hanya sedikit berbeda dalam jumlah. Seperti halnya pada mentega, komposisi gizi terbesar dalam margarin adalah lemak (sekitar 80 persen).

Lemak memiliki komposisi terbesar dalam mentega dan margarin jika dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Kandungan protein dan karbohidrat pada mentega dan margarin sangat rendah, yaitu sekitar 0,4-0,8 gram per 100 gram. Lemak mentega berasal dari lemak susu hewan, dikenal sebagai butter fat. Mentega mengandung sejumlah asam butirat, asam laurat, dan asam linoleat. Asam butirat dapat digunakan oleh usus besar sebagai sumber energi, juga dapat berperan sebagai senyawa antikarsinogenik (antikanker).

Asam laurat merupakan asam lemak berantai sedang yang memiliki potensi sebagai antimikroba dan antifungi. Asam linoleat pada mentega dapat memberikan perlindungan terhadap serangan kanker.

Jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk pada mentega masing-masing 47,35; 26,10; dan 2,24 g per 100 gram. Jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk pada margarin masing-masing 29,02; 34,61; dan 13,78 g per 100 gram.

Dari perbandingan tersebut jelaslah bahwa mentega mengandung kadar asam lemak jenuh lebih tinggi, tetapi memiliki asam lemak tidak jenuh yang lebih rendah dibandingkan margarin. Dari titik pandang kesehatan, tentu saja asam lemak tidak jenuh, yaitu omega-3 dan omega-6, yang terdapat pada margarin lebih menguntungkan daripada asam lemak jenuh yang terdapat pada mentega.

Meski sedikit, mentega juga mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6. Selain itu, mentega mengandung glycospingolipid, yaitu suatu asam lemak yang dapat mencegah infeksi saluran pencernaan, terutama pada anak-anak dan orangtua. Karena terbuat dari krim susu, tentu saja kandungan kolesterol mentega lebih tinggi dibandingkan dengan margarin yang terbuat dari minyak nabati. Kadar kolesterol tinggi tidak selalu berdampak buruk bagi kesehatan. Bahkan sebaliknya, kolesterol memegang peran penting dalam fungsi organ tubuh.

Kolesterol berguna untuk menyusun empedu darah, jaringan otak, serat saraf, hati, ginjal, dan kelenjar adrenalin. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon steroid, yaitu progestron, estrogen, testosteron, dan kortisol. Hormon-hormon tersebut diperlukan untuk mengatur fungsi dan aktivitas biologis tubuh. Kadar kolesterol yang sangat rendah dapat mengganggu proses menstruasi dan kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan, baik pada pria maupun wanita.

Mentega kaya vitamin yang mudah diserap, yaitu vitamin A yang sangat dibutuhkan tubuh dalam fungsi fisiologis dan pemeliharaan sistem endokrin.

Mentega juga mengandung semua vitamin larut lemak lainnya, yaitu vitamin D, E, dan K. Vitamin A bersumber dari betakarotenoid atau pigmen karoten lainnya yang sengaja ditambahkan sebagai pewarna kuning.

Supaya dapat menyamai kadar vitamin A dan D yang ada pada mentega, ke dalam margarin dipersyaratkan adanya penambahan kedua jenis vitamin tersebut . Standar Nasional Indonesia tentang margarin telah dengan tegas mensyaratkan penambahan vitamin A dan D ke dalam margarin, khususnya untuk margarin meja. Kadar vitamin A yang diharuskan pada mentega dan margarin 1.400-3.500 IU per 100 gram, sedangkan kadar vitamin D 250-350 IU per 100 gram.

Komposisi gizi mentega asin dan mentega manis sama saja. Satu-satunya pembeda yang paling mencolok adalah kadar natrium yang pada mentega asin jauh lebih banyak (843 mg per 100 g) dibandingkan dengan mentega manis (8 mg/100 g). Hal tersebut sangat terkait dengan adanya penambahan garam dapur (NaCl) pada pembuatan mentega asin. Selain natrium, mineral yang banyak terkandung pada mentega adalah besi, kalium, dan fosfor. Seperti halnya pada mentega, margarin juga kaya mineral tersebut, bahkan nilainya relatif lebih banyak daripada yang terdapat pada mentega. Natrium berguna untuk menjaga keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh serta terlibat dalam permeabilitas sel. Kalium berguna untuk pengaturan keseimbangan cairan sel, kontraksi sel otot, dan terlibat dalam permeabilitas sel. Fungsi besi adalah untuk pembentukan sel darah merah, transpor oksigen, serta mencegah anemia. Fosfor berperan untuk pembentukan tulang dan gigi, terlibat dalam absorpsi glukosa dan gliserol, serta dalam transpor asam lemak.

Mengkonsumsi margarin atau mentega lebih dari sekedar pertanyaan yang berkaitan dengan cita rasa, tapi menitik beratkan kepada pilihan pola atau gaya makan yang sehat.

Bagi mereka-mereka yang memiliki tingkat kadar lemak yang tinggi dalam darah mereka maka mereka dianjurkan agar tetap setia pada margarin, demikian disampaikan oleh Persatuan Ahli Nutrisi Jerman (DGE) yang berkantor pusat di Bonn. Umumnya orang lebih memilih cita rasa mentega yang terbuat dari susu sapi, namun mentega sebagian besar mengandung lemak jenuh. Sementara margarin yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan sebagian besarnya terdiri dari lemak tak jenuh. Namun jenis lemak tak hanya menjadi pertimbangan bagi diet (menu sehat) kata DGE.

Baik margarin maupun mentega tinggi kolesterol, jadi gunakan dengan tidak berlebihan. Dari segi diet, faktor utama yang mempengaruhi kolesterol darah adalah berapa banyak lemak jenuh dan lemak trans dalam makanan. Membatasi makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans dapat membantu menurunkan LDL anda. Kebanyakan minyak nabati atau margarin lembut/cair memiliki lemak jenuh dan lemak trans lebih sedikit dibanding bentuk padat. Ketika memilih margarin, pilihlah yang memiliki "nol gram lemak trans" dalam label nutrisi.

Ingatlah bahwa suatu perubahan (seperti berganti dari mentega ke margarin) adalah langkah yang baik, namun tidak cukup untuk menurunkan kolesterol anda ke kadar sehat. Diet dan perubahan gaya hidup atau pengobatan mungkin diperlukan, tergantung saran dokter.

Jumlah asupan margarin atau mentega yang kita makan setiap harinya disarankan oleh para ahli gizi Jerman (DGE) sebaiknya tidak melebihi 15 hingga 30 gram.

Agar kita tetap sehat maka sapukan roti yang kita makan dengan mentega atau margarin dengan lapisan yang tipis saja.

Ada beberapa tips ketika kita hendak membeli margarine atau mentega di pasaran. Pilih mentega atau margarin sesuai dengan keperluan atau rencana penggunaan.

Jika membeli mentega atau margarin dalam kemasan kaleng, pilihlah yang kemasannya masih utuh (tidak penyok, tidak berkarat dan tidak menggembung)

Mentega atau margarin dalam kemasan aluminium, pilihlah kemasannya yang masih utuh, tidak rusak dan tidak terbuka serta tidak terdapat bintik warna hitam pada permukaannya.

Perhatikan label dan lihatlah jenis atau tipe mentega atau margarin, komposisi tanggal kadaluarsa dan petunjuk penggunaan (bila ada).

Bagi yang sedang berdiet atau harus mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh, pilih margarin yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh (high polyunsaturated) atau mentega tipe rendah kolesterol.

Dari label dapat diketahui jenis mentega atau margarin. Pilihlah yang asin, manis atau yang telah dikurangi garamnya (reduced salt) sesuai keperluan.

Perhatikan komposisi bahan, termasuk bahan tambahan makanan (BTM) yang digunakan karena ini penting bagi anda yang sensitif terhadap bahan-bahan tersebut.

Harga perlu juga menjadi pertimbangan, belum tentu yang mahal lebih baik. Bandingkan komposisi, kualitas dan harganya

Belilah yang ukurannya sesuai dengan keperluan anda, karena sisa mentega atau margarin yang disimpan begitu saja akan mudah tengik.

Jika tidak habis sekali pakai simpan mentega atau margarin dalam tempat sejuk dan tidak terkena matahari secara langsung.

Kesimpulan

Nah, masih takut mengkonsumsi mentega atau margarin? Bukankah sesuatu yang dilakukan sesuatu yang kekurangan atau berlebihan itu tidaklah baik. Mengkonsumsi mentega dan margarine dengan batasan menjadi pilihan yang lebih baik. Menggunakan margarin sebagai pengganti mentega akan membantu menurunkan kolesterol. Selain mengurangi makanan yang mengandung mentega juga disarankan banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar